Mendengar Nama Abunawas pasti anda sedang membayangkan sosok yang sangat cerdik .Namun,tahukah anda siapa sosok Abunawas yang sebenarnya.Siapakah dia sebenarnya?ikuti Kisahnya dibawah ini?
Abu Nawas dalam legenda di seluruh dunia sangat
dikenal sebagai tokoh dunia lawak yang kocak, dia sering dikenal sebagai orang
yang panjang akal dan jenius sehingga selalu berhasil mengelabui banyak orang,
termasuk Raja yang berkuasa kala itu. Termasuk nama Khalifah Harun Ar-Rasyid
yang sangat sering dikait-kaitkan dengan kejenakaan Abu Nawas tersebut. Padahal
sebenarnya Abu Nawa merupakan seorang penyair kawakan yang tentu saja tak ada
hubungannya sama sekali dengan dunia lawak. Siapa sebenarnya Abu Nawas
ini?
- Abu Nawas
Sebagai Penyair
ABU Nuwas Al Hasan Ibn Hani Al
Hakami, lahir di Ahwaz, Persia sekitar tahun 140 Hijri (757 M), dari seorang
ibu Persia dan Ayahnya dari Damsyik, seorang prajurit Suria. Selain dikenal
sebagai seorang jenius dan berpengetahuan luas, ternyata ia juga memiliki
segudang masalah pribadi bahkan kurang menghargai nilai-nilai moral dan agama.
Bagi Abu Nawas, hidup itu kesenangan semata, musik, minuman keras, mabuk, dan
birahi. Kalau hidup demikian tak ada, maka selamat tinggallah dunia. Ia juga
bertempramen tinggi dan cepat naik darah. Ketika seseorang melarang aksinya, ia
bukan berhenti namun malah mengolok-olok orang yang melarangnya; baik lewat
tindakan maupun melalui syair-syair yang ia ciptakan sendiri. Ketika dilarang mabuk misalnya, ia malah sengaja minum-minum
sampai mabuk bila waktu shalat tiba. Sehingga tak heran, syair-syairnya banyak
yang ‘nyeleneh’ dan ‘kurang ajar’, hal tersebut bukan hanya
disebabkan ia melakukan semua hal yang ada dalam syairnya itu, melainkan untuk
mengolok-olok orang-orang yang melarang kebebasannya.
Dr. Syauqi Deif [kritikus sastra Arab] menyebutkan bahwa faktor yang
membentuk jiwa dan watak Abu Nawas sehingga ia menjadi orang yang begitu sinis
dan apatis terhadap lingkungan adalah disebabkan faktor broken home yang ia alami semasa kecilnya.
Ibunya yang punya sejarah tidak sedap pada masa mudahnya membuat jiwa Abu Nawas
kosong dan frustasi, sehingga ia memberontak terhadap segala nilai [bukan memberontak
dalam konteks kenegaraan].
Ia lalu menghanyutkan diri dalam perbuatan-perbuatan yang sama sekali tak
terpuji sebagai tempat pelarian. [Mungkin dulu narkoba belum ada,
kalau ada pasti Abu Nawas juga menikmatinya].
Sementara itu Dr. Omar Farrukh, seorang pengarang
produktif tentang kebudayaan Islam, juga ada menulis biografi Abu Nawas. Dalam
biografi itu, sang penulis tidak ada menyebutkan bahwa Abu Nawas adalah seorang
Sufi, melainkan hanya orang biasa yang gemar bersyair. Menurut Omar, Abu
Nawas pernah beristri dan mempunyai anak laki-laki yang meninggal sewaktu kecil
pada akhir usia ayahnya, dan dua anak perempuan. Hanya saja anak-anaknya tidak
punya sesuatu peranan dalam sejarah sehingga terlupakan begitu saja.
Di saat usia Abu Nawas semakin lanjut dan mulai tampak
kelemahan fisiknya, mulailah ia sadar akan dirinya. Ia berpikir tentang arti
hidup dan segala akibatnya, tentang maut dan hari kemudian. Karena selama ini
dia hanyut dalam perbuatan maksiat bukan lantaran tak beragama. Kelakuannya
yang cendrung tak bermoral hanya sebagai sikap sepintas lalu, bukan sebagai
ideologi hidupnya… Ia yakin betapapun manusia melakukan perbuatan dosa, pintu
tobat selalu terbuka. Allah Maha Pengampun. Sehingga tak heran di akhir
hayatnya, ia mencoba menebus segala kesalahan masa mudanya. Syair-syair yang
ditulisnya setelah bertobat memang mengharukan. Ia menyesali perbuatan dosa
masa mudanya.
Ketika ia sudah dalam
sakit keras seorang temannya berkata, “Alangkah besarnya penderitaanmu”. Beliau menjawab, “Karena dosa-dosaku”.
Memang, sajak-sajak zuhud dan keagamaan Abu Nawas
tidak begitu banyak jumlahnya, dan dibuat pada masa tuanya. Tapi dari segi
kedalamannya dinilai para ahli melebihi sajak-sajak keagamaan terkenal yang
pernah ada. Dan dia meninggal dunia pada tahun 199 H di Baghdad dalam perjalanan
taubatnya [dan tidak sedang mencekik botol minuman].
Abu Nawas bukan
pahlawan Islam, perannya dalam sejarah tak lebih sebagai seorang sastrawan yang
kebetulan beragama Islam… Ia pun bukan orang kesayangan Khalifah Al Rasyid,
justru ia sering keluar masuk penjara akibat ulah bejatnya, baik di zaman Al
Rasyid maupun di zaman Khalifah Al-Amin.
Kalau pun masa mudahnya dia lalui dengan tingkah laku
tidak wajar dan penuh kemaksiatan, pastilah ia tidak sendirian melakukannya di
dunia ini, banyak orang melakukan hal serupa [bahkan mungkin lebih] baik sebelum dia hidup maupun
sesudahnya. Atau jika-pun ia pernah bertobat namun tidak dianggap oleh orang
lain sebagai seseorang yang pernah bertaubat, itu bukan urusan Abu Nawas. Toh
dia-pun tak pernah melakukan pengakuan dosanya itu di hadapan manusia yang juga
berpotensi berdosa…Atau seandainya taubat-taubatnya itu tak digubris Tuhannya,
tentu hal tersebut urusan dia dengan Tuhannya pula bukan?
- Abu Nawas
Sebagai Tokoh Jenaka (Sebuah Legenda)
Dalam literatur Melayu dan Indonesia, nama Abu Nawas (Abu Nuwas) lebih dikenal sebagai tokoh
lucu yang cerdik. Bahkan cerita jenaka itu acapkali dikaitkan dengan masa
pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid di Baghdad. Padahal bila merujuk pada
literatur berbahasa Arab dan beberapa bahasa Barat, baik dalam penulisan sastra
Arab atau biografi, Abu Nawas hanya dikenal sebagai penyair besar dengan gaya
yang khas. Adapun prediket Abu Nawas sebagai seorang pelawak, tidak ditemukan
sumbernya sama sekali, kecuali hanya kisah-kisah fiktif yang penokohannya
diidentikkan dengan nama Abu Nawas.
Bahkan cerita-cerita fiktif tentang kekocakan Abu
Nawas ini sangat digemari oleh banyak kalangan. Bahkan tak jarang masyarakat
mengaitkan nama Abu Nawas untuk sebuah cerita lucu dan tak masuk akal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar